Metroetam.com, Samarinda – Di tengah gejolak ekonomi global, nilai tukar rupiah pada Juni 2024 mengalami depresiasi moderat dibandingkan akhir Desember 2023, mencapai 5,29 persen. Namun, dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain seperti won Korea dan peso Meksiko, kinerja rupiah tergolong lebih stabil.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Kepala Perwakilan BI Kaltim Bayuadi Hardiyanto pada kegiatan Deseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Kaltim, Rabu kemarin (17/7/2024).
Dalam paparannya, dia mengatakan, fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, ditopang oleh neraca pembayaran yang kokoh. Surplus neraca perdagangan hingga Juni 2024 mencapai USD 2,39 miliar, menunjukkan kinerja ekspor yang tangguh. Aliran modal asing dalam bentuk portofolio pada semester II 2024 (hingga 14 Juni 2024) mencatat net inflows sebesar USD 4 miliar, mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang positif.
Ketahanan eksternal Indonesia diperkuat oleh posisi cadangan devisa yang memadai. Hingga akhir Mei 2024, cadangan devisa mencapai USD 139,0 miliar, setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan berada di atas standar kecukupan internasional 3 bulan impor.
Meskipun terdapat tekanan global, pertumbuhan ekonomi nasional dan regional Indonesia menunjukkan resiliensi. Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I 2024 stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan industri sebagai penyumbang terbesar.
Secara regional, Kalimantan tampil gemilang. Pertumbuhan ekonomi Kaltim di triwulan I 2024 mencapai 6,17 persen (yoy), tertinggi kedua dibandingkan wilayah lain di Indonesia, menempatkannya sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi keempat secara nasional.
Kinerja Kaltim yang impresif didorong oleh peningkatan produksi batu bara, kelapa sawit, dan nikel, serta pembangunan infrastruktur IKN di Penajam Paser Utara.
Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate (BI 7DRR) di level 6,25 persen sebagai bagian dari kebijakan moneter pro stabilitas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi.
“BI akan terus memantau perkembangan ekonomi nasional dan global, serta mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” tutup Bayuadi Hardiyanto. (MJ)